Duhh..lagi-lagi mendengar keluhan ibu-ibu tentang anaknya
yang susah makan.
“Anakku cuma mau makan 2 sendok, udah gitu di lepeh.”
“Anakku ngga mau makan sayur, dikasi sayur apapun dimuntahin
lagi.”
“Anakku pengennya nen terus, ato minum susu, ngga mau
makan.”
Wuiihh..serem juga dengernya ya..gimana si kecil dapat
asupan gizi lengkap kalo makan aja ngga mau? Kalo dari ASI atau sufor saja tentu
belum bisa memenuhi gizi si kecil. Tapi kalo sudah begitu gimana ya? Akhirnya
para ibu juga yang pusing..
Bukan maksud menggurui atau sejenisnya, hanya ingin mencoba
berbagi pengamalan yang pernah saya alami yakni membuat anak ‘suka’ makan.
Mungkin pengalaman ini belum akurat yaa..karena saya hanya mencobanya pada satu
anak (soale anak sayah baru 1 :D).
Seperti yang sudah saya tulis di blog sebelumnya, yang paling penting adalah membangun pola makan anak sejak dini.
Jika anak telah siap untuk makanan padat, maka berikanlah makanan padat
(MPASI). Karena setelah 6 bulan, ASI hanya mampu memenuhi 60-80% kebutuhan gizi
bayi (itu juga kalo gizi si ibu baik). Sementara itu, cadangan vitamin dan
mineral yang didapat bayi selama dalam kandungan juga mulai berkurang.
Alasan penting lain pemberian MPASI adalah agar masa kritis pengenalan
makanan padat, yang perlu keterampilan mengunyah tidak terlewati, masa kritis
tersebut antara usia 6-9 bulan. Bila masa kritis lewat begitu saja, bayi akan
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan makanan keluarga, atau bahkan menolak
makan bila diberi makanan padat. Misalnya hanya mau makan makanan yang
halus/dihaluskan atau minum susu saja. Jika sudah seperti ini, upaya bunda
untuk memperbaikinya akan sangat berat.
Saya hanya menduga, jika si kecil susah makan, mungkin bunda
melewati masa kritis pengenalan makanan padat yang seharusnya dilalui si kecil. Pengenalan MPASI seharusnya dilakukan secara bertahap,
disesuaikan dengan perkembangan keterampilan makan bayi. Dimulai dengan tekstur
lembut yang sangat cair sampai yang teksturnya kasar dan konsistensinya kental.
Jumlah makanan pun harus disesuaikan dengan kebutuhan, dari sangat sedikit
sampai pada porsi normal untuk anak-anak.
Yang penting sabar bun dalam menyuapi si kecil, karena
proses makan MPASI memerlukan waktu yang lebih lama dari menyusui, maklum si
kecil lagi belajar, dia belum terampil mengunyah dan menelan makanan padat.
Tidak perlu memaksa si kecil menghabiskan makanannya, yang penting dia senang
dan menikmati makanannya.
Sebenernya ngga usah bingung antara buah dan sayur, mana yang
seharusnya terlebih dahulu diberikan untuk MPASI pertama. Jangan khawatir
karena si kecil belum mengenal rasa apapun kecuali rasa ‘manis’ dari ASI. Yang
penting, hindari dulu pemberian biskuit bayi yang rasanya sangat manis,
khawatir si kecil ‘ketagihan’ dengan makanan yang manis dan tidak mau mencoba
makanan lain seperti sayur.
Jika bunda ingin tahu, MPASI pertama yang saya berikan pada
si kecil adalah bubur beras merah! Bukan buah atau sayur. Tepung bubur beras
merah satu sendok saya jerang dengan air di atas panci, aduk-aduk hingga jadi
bubur. Karena teksturnya yang terlalu padat, saya encerkan dengan menambah susu
dan siap disajikan. Menurut saya hasilnya bukan seperti bubur, karena
konsistensinya encer sekali, hampir seperti air. Karena konsistensinya yang
sangat encer, si kecil pun dengan lahap menghabiskan bubur beras merah yang
saya buatsebagai MPASI pertamanya.
Diawal MPASI saya hanya memberikan si kecil 1x makanan padat
(di pagi hari), dan ASI/sufor hingga malam. Hal ini berulang hingga 2 minggu pertama
MPASI, dengan menu MPASI beragam setiap harinya. Misal hari 1-2 bubur beras
merah, hari 3-4 puree brokoli susu, hari 5-6 puree pisang susu, hari 7-8 bubur
kacang hijau, hari 9-10 puree wortel, dan seterusnya berselang 2 hari dengan
menu yang berbeda-beda (bergantian buah-sayur-tepung/beras/karbohidrat).
Setelah si kecil mengenal rasa ‘tunggal’ dari setiap makanan
(buah/sayur/tepung beras), barulah dikombinasikan, bisa kombinasi sayur+buah,
sayur+beras, buah+sayur (6-7 bulan). Misalkan di bulan ke 7 minggu pertama,
puree beras merah+papaya, puree brokoli+wortel, atau pure kentang+brokoli
misalnya.
Makin bertambah usianya, kebutuhan gizi dan porsi makanannya
juga makin bertambah. Bunda juga jangan lupa ‘menaikkan’ tingkat kekasaran dari
makanan tersebut, agar si kecil belajar mengunyah.
Menurut saya, jika sejak dini anak kita sudah diperkenalkan
dengan berbagai rasa sayur/buah/beras, maka saat besar dia sudah tidak kaget
lagi dengan rasa-rasa tersebut, dan (insyaAlloh) si kecil pasti tidak menolak
makanan alias mau makan.