Thursday, 7 June 2012

Let’s Eat Smart


Tahukah Anda, jika sekarang konsumen makin peduli terhadap isi dari makanan yang mereka makan? Makan diluar rumah atau di rumah makan, kini menjadi tren tersendiri bagi sebagian masyarakat. Breakfast, lunch, dan dinner kini tak lagi dilakukan dirumah. Orang banyak menghabiskan waktu makannya  diluar rumah alias di restoran atau rumah makan, alasannya beragam, ada yang tidak sempat makan dirumah, ada yang enggan menyiapkan makanan untuk dimakan dirumah, atau alasan paling simpel adalah tak mau ribet. Praktis, kini industri jasa boga berada diatas angin dan tak heran jika bisnis kuliner juga makin menjamur. 
Bukan karena sedang diatas angin, lantas penyedia layanan jasa boga tersebut mengabaikan hak konsumen akan keamanan, kesehatan, keutuhan, dan kehalalan dari makanan yang dipesan. Aspek-aspek tersebut merupakan hak mutlak konsumen yang harus dipenuhi oleh para pelaku bisnis jasa boga. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Unilever Food Solutions yang dibukukannya dalam World Menu Report, diketahui bahwa kini konsumen menuntut transparansi. Transparansi terhadap isi dari makanan yang mereka makan, seperti misanya  informasi mengenai bahan yang digunakan, keamanan makanan, cara memasak, serta  kandungan gizi dari makanan yang mereka makan. Survey dilakukan dengan melibakan 3500 responden yang makan diluar setidaknya 1 minggu sekali dari 7 negara seperti Amerka Serikat, Inggris, Cina, jerman, Rusia, Brazil, dan Turki. 

Dengan metode mewawancarai masing-masing responden, disimpulkan bahwa konsumen lebih menuntut transparansi informasi yang lebih detil mengenai apa yang mereka makan. Konsumen juga makin sadar akan adanya pilihan makanan sehat, karena itu mereka ingin bisa memilih makanan yang lebih sehat saat makan diluar.

One of healthy food
Alasan utama yang mendasari keinginan konsumen akan ketersediaan informasi tentang kandungan gizi yang lebih detail muncul atas kesadaran masyarakat untuk memiliki gaya hidup yang lebih sehat. Pilihan menu makanan sehat juga sangat banyak sekarang, namun informasi mengenai gizi yang tersedia dalam makanan tersebut sangatlah sedikit. Diperoleh informasi juga bahwa,  responden akan memilih makanan yang lebih sehat jika informasi tentang nilai-nilai gizi dari menu makanan tercantum dalam buku menu sebuah restoran. Belum adanya peraturan  yang jelas tentang bagaimana informasi kandungan gizi pada makanan ini harus diberlakukan, juga masih menjadi ganjalan, tetapi responden memberikan kewajiban dan tanggung jawab ini.

Di Indonesia sendiri, mungkin tidak semuluk seperti apa yang diinginkan oleh para responden di Negara-negara maju tersebut, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya permintaan akan transparansi informasi terhadap  apa yang konsumen makan nantinya. Makin bermunculannya healthy catering, healthy resto atau café, healthy bakery dan outlet healthy lainnya menunjukkan minat masyarakat yang tinggi akan hidangan yang menujang kesehatan tubuh.  Masyarakat makin peduli akan nilai gizi yang terkandung dari makanan yang mereka makan.

Dari segi keamanan pangan, sekarang juga makin banyak restoran yang ‘tidak malu’ lagi menunjukkan dapurnya kepada para tamu. Dengan konsep open kitchen, restoran tersebut secara terang-terangan menunjukkan proses pemasakan dan penyajian makanan kepada para tamu. Jadi, dengan begini tamu dapat mengetahui apa dan bagaimana hidangan yang mereka pesan diproses. 
Meskipun belum bisa diterapkan sepenuhnya pada semua industri penyedia dan pelayanan jasa boga, tetapi setidaknya dapat menjadi wacana bagi para konsumen, agar lebih pintar memilih santapan saat menyantap makanan di sebuah rumah makan. @fb.yunita.

No comments:

Post a Comment